Heri, begitu ia biasa disapa adalah anak kedua dari pasangan Wong Kun dan Wulian Kan. Ia lahir di Palembang pada tanggal 25 Februari 1949. Kini Heri adalah pemilik Para Handicraft. Ia telah sukses bersama rumah Barbie nya.
Umumnya, orang beranggapan bahwa penyandang cacat tentu tidak bisa melakukan apa-apa. Biasanya mereka hanya menunggu belas kasihan orang lain sepanjang hidupnya. Karena itu, bagaimana mungkin Heri bisa berhasil? Apalagi aktivitas sehari-harinya sangat bergantung pada kursi roda.
Kecelakaan Lalu Lintas
Di usia yang ke-17 tahun, Heri mengalami kecelakaan lalu lintas, tentu saja, peristiwa ini merenggut keceriaan masa mudanya. Sejak itu, hidupnya berubah menjadi 360 derajat. Ia hanya bisa terbaring di tempat tidur. Pihak rumah sakit menyarankan agar Heri dibawa ke Rumah Sakit di Jakarta. Disana, peralatannya lebih lengkap. Semantara itu, orang tuanya menginginkan proses penyembuhan lewat sinshe dan dukun. Proses ini ternyata tidak merubah kondisi Heri. Kemudia, diputuskan agar Heri dibawa ke Jakarta. RS Sumber Waras merupakan tempat pertama Heri dirawat. Namun, kemudian ia dipindahkan ke RS Fatmawati.
Pihak RS Fatmawati saat itu memberikan kesempatan kepada Heri untuk belajar keterampilan di bengkel kerja di sekitar rumah sakit sekedar untuk mengisi waktu luang. Selain itu, ia juga di beri peluang untuk bisa berolah raga. Kondisi ini sangat menyenangkannya. Paling tidak, hal ini memengaruhinya untuk tidak stres karena keadaan fisiknya. Berkat tekun berolah raga, beberapa kali ia di kirim ke luar negeri untuk mengikuti kejuaraan antar penyandang cacat. Ia tampak sibuk dan lebih sibuk lagi ketika ia mulai tinggal di yayasan Wisma Cheshire yang berada dalam lingkungan RS Fatmawati. Heri pun meraih medali emas dalam kejuaraan antar orang cacat yang berlangsung di Jepang dan London, Inggris.
Inspirasi Bisnis
Bpk. Suheri : Pengrajin Rumah Barbie |
Awalnya, Heri menemukan inspirasi bisnis di Wisma Cheshire. Di tempat ini, ia berkenalan dengan pembuatan rumah Barbie. Saat itu, pertengahan tahun 1970-an dan boneka barbie belum dikenal di Indonesia seperti sekarang. Apalagi, rumah Barbie. Disini, Heri diberi buku-buku model rumah Barbie yang berasal dari luar negeri oleh Cheshire, pemilik wisma tersebut. Buku itu juga mengajarkan cara pembuatan rumah boneka Barbie. Sejak saat itu, Cheshire pun meminta Heri dan kawan-kawannya membuat rumah boneka ini sesuai petunjuk dalam buku.
Mulailah Heri dan keempat temannya membuat rumah boneka Barbie. Hasil karya mereka lalu dijual kepada orang-orang asing. Memang, masyarakat kita belum begitu mengenal boneka Barbie dan rumah Barnie saat itu. Karena itu, produk ini dipasarkan ke orang asing. Di luar dugaan mereka, ternyata para konsumen ini pun sangat suka akan karya Heri dan kawan-kawan. Menurut konsumen, produk mereka berkualitas bagus. harganya juga relatif lebih murah dibandingkan kalau membeli di luar negeri.
Melalui usaha pembuatan rumah Barbie ini, mereka pun membentuk koprasi pada tahun 1980. Heri pun diangkat untuk mengepalai bengkel keterampilan RS Fatmawati, selain mengawasi usaha tersebut. Ia menggeluti pekerjaan ini di bengkel tersebut sampai tahun 1989. Pada tahun yang sama, Heri memutuskan keluar bersama teman-temannya, ia mendirikan usaha sendiri.
Tibalah babak baru perjalanan hidup seorang penyandang cacat dalam dunia usaha. Usaha yang digeluti Heri bersama teman-temannya adalah usaha yang berbeda, yakni usaha pembuatan meja dan kursi dari besi. Usaha ini tidak lepas dari pengelasan. Heri dengan segala keterbatasannya turun langsung dalam proses pembuatan. Hasilnya, banyak proyek besar yang mereka garap, antara lain perlengkapan food court Atrium senen, Diamond Kelapa Gading, perlengkapan fisioterapi, dan sebagainya. Namun, sayangnya usaha ini tidak bertahan lama karena krisis moneter melanda Indonesia saat itu.
Beruntung bahwa Heri tidak sama sekali meninggalkan bisnis rumah Barbie nya. Karena, saat dilanda krisis moneter justru bisnis ini bertahan. Konsumen tetap mencari Heri, meskipun ia tidak ada lagi di Wisma Cheshire. Ini tentu saja karena kualitas rumah Barbie buatan Heri. Sejak saat itu, ia menekuni lagi bisnis ini.
Menjaga Kualitas Produk
Heri sudah menekuni bisnisnya selama puluhan tahun, Sejauh ini, ia tidak menemukan hambatan yang berarti, termasuk dalam soal persaingan. Ini bisa terjadi karena ia berprinsip untuk tetap menjaga kualias produk. Ketaatannya menjaga kualitas produk ini tentu saja membuat banyak permintaan datang dari luar negeri. Heri sendiri sempat mendapat proyek cukup besar, yakni pengiriman rumah Barbie sebanyak satu kontainer ke Belanda. Selain ke Eropa, ia juga mengekspor ke Malaysia dan negara-negara lainnya.
Heri tidak saja mengekspor. Ia ingin berkonsentrasi pada perluasan pasar dalam negeri. Produknya pun dijual di sejumlah kota besar di Indonesia, seperti Bandung, Semarang, dan Kalimantan. Dan, dengan penghasilan per bulan Rp 50 juta, ia mampu menggaji karyawan tetapnya sebanyak 20 orang. Gambaran ini menunjukan bahwa Heri sudah lumayan sukses membangun dirinya. ia pun memotivasi teman-temannya sesama penyandang cacat agar mereka tidak tenggelam dalam keputusasaan. Heri ingin agar teman-temannya bisa menjadi orang yang berguna sebagaimana orang lain yang tidak cacat. Sekurang-kurangnya, pengalaman Heri sudah membuktikan hak ini.
Usaha rumah boneka Barbie yang telah digeluti Heri puluhan tahun ini boleh dibilang sukses. Betapa tidak, barang-barang yang dikerjakannya seluruhnya adalah pesanan pembeli. Artinya, hampir pasti semuanya terjual. Sekarang ini, omset usaha Heri rata-rata per bulan mencapai sekitar Rp 50 juta atau rumah boneka Barbie sekitar 100 lebih.
Sekian kisah sukses yang saya tulis ini, mudah-mudah bisa memotivasi sobat semua. Tunggu kisah sukses selanjutnya ya. Biar tidak ketinggalan ceritanya, berlangganan saja artikel nya.
Sumber : Buku Rahasia Sukses 101 Mantan Karyawan Menjadi Miliuner.
Penerbit : L PRESS
Penyusun : Oscar Raja - Ferdy Jalu - Vincent D'ral _ Rita M.
alamatmya dimana ya..? soalnya banyak cari tempat pembuatan rumh boneka.
ReplyDeleteIni alamatnya :Jalan Wijaya Kusuma No. 15A Cilandak, South Jakarta
Delete