Wednesday 28 January 2015

Pasutri Berbisnis dengan Modal Dengkul

pengrajin lilin kulit telur

Neri lahir di Pagar Alam pada tanggal 28 Agustus 1974. Suaminya bernama Norman Hendrasyah. Norman adalah tamatan ISSI Yogyakarta. Keduanya merupakan pasangan yang ideal untuk dunia bisnis. Yang satu kreatif dalam berkarya dan yang lainnya kreatif dalam berdagang.

Tidak Ada Kata Ungkapan TIDAK BISA
Gagasan untuk terjun ke bisnis handicraft dilontarkan oleh Norman, suamiya. Norman gemar berkreasi dengan media kayu karena sebelumnya ia bekerja dengan pengusaha asal Amerika dalam usaha pembuatan mebel di Jepara. Karena ada masalah maka usaha ini berhenti. Meskipun demikian, tetap saja ada yang mau memesan produk mereka. Pernah ada seorang Perancis yang memesan 54 buah patung kayu prajurtit Perancis. Sayangnya, waktu itu mereka benar-benar tidak punya uang. Namun orang Perancis baik. Ia memberikan Norman uang muka sebanyak 3 juta. Uang ini lalu di jadikan modal. mereka mulai berbisnis benar-benar dengan modal dengkul.

Pesanan orang perancis ini menjadi pintu masuk untuk pesanan-pesanan lainnya. Namun, ketika itu, mereka belum memiliki spesialisasi produk sehingga apa saja yang diminta konsumen, mereka kerjakan. Tidak ada kata tidak bisa bagi mereka berdua. Mereka pernah bekerja sama dengan teman mereka, namun tidak bertahan lama. Akhirnya, mereka memutuskan untuk menjalankan usaha craft sendiri. Namun, usaha ini juga tidak lancar karena mereka berdua kurang berpengalaman.

Sejak 2003, mereka ingin bangkit lagi dari keterpurukan dan mulai berbisnis lagi. Hal ini didorong oleh karena secara tidak terduga seorang klien lama mereka memesan untuk dibuatkan wadah lilin. Pesanan wadah lilin pun mulai mengalir lagi seiring dengan makin booming-nya kerajinan lilin. Banyak konsumen mulai senang dengan desain-desain yang dikeluarkan Norman. Neri, istrinya pun kembali gigih menawarkan produk-produk Nebula yang pernah mereka dirikan sebelumnya. Sejak tahun itu hingga sekarang, perjalanan usaha pasangan ini membaik.

Untuk membuka pasar akan produk mereka, maka mereka pun mengikuti banyak pameran. Seperti umumnya tiap pameran, setiap peserta biasanya menampilkan desain-desain terbaru mereka. Norman berusaha untuk membatasi 10 desain terbaru pada setiap kali pameran.

Pengalaman penjiplakan desain bukan lagi hal baru bagi mereka. Ada seorang pembeli pernah datang pada Neri menanyakan sejumlah wadah lilin yang menjadi koleksi "Nebula Craft Work", merk dagang Norman-Neri. Pembeli itu kemudian membeli beberapa sample. Alasannya, ia akan mempelajarinya dulu. Ternyata, orang itu berbohong. Yang menyakitkan adalah suatu ketika datang seorang teman minta dibuatkan wadah lilin. Menurutnya, ia mendapatkan pesanan yang lumayan. saat teman saya itu mengajukan sample, Neri pun terkejut karena ternyata sampel itu buatan mereka yang pernah dibawa oleh pembeli dulu.

Kenyataan ini menjadi cambuk bagi Neri dan suaminya. Bagi mereka, penjlipakan merupakan konsekuensi berkarya di Negeri yang menjadi tempat pembajakan atas karya orang lain merajalela. Sekalipun ada payung hukum tentang hak intelektual yang harus dihargai, rupanya peraturan itu agak sulit berdiri tegak sebagaimana yang diharapkan. Karena itu, mereka terus berkarya menghasilkan kerajinan yang lebih unik agar konsumen bisa melihat kekhasan produk mereka.

Meskipun menemukan tantangan, uasaha pasangan ini kini tengah berkembang baik. Tentu saja, selain ketekunan,  kemampuan mereka mengasah kreativitas pun membuat produk semakin inovatif.

"TIDAK ADA UNGKAPAN TIDAK BISA DALAM DUNIA BISNIS KARENA DENGAN MODAL DENGKUL PUN ANDA BISA MENJALANKANNYA".
(Norman Hendrasyah & Neri : Pengusaha Kerajinan Lilin)


Sumber gambar : Google.com
Sumber artikel   : Buku Rahasia Sukses 101 Mantan Karyawan Menjadi Miliuner.
Penerbit             :  L PRESS
Penyusun           : Oscar Raja - Ferdy Jalu - Vincent D'ral _ Rita M.

Pasutri Berbisnis dengan Modal Dengkul Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Arief Ay

0 komentar:

Post a Comment